Kamu pernah menyimpan barang-barang yang sebenarnya sudah tidak penting dan tidak terpakai namun tetap menyimpannya karena 'sayang jika dibuang'?
Kamu menyimpan barang-barang tersebut dengan dalih "Ah, nanti siapa tahu terpakai, sayang kalau dijual," atau "Nanti bisa diservis atau dibenerin lagi kalo rusak".
Jika sering berbuat seperti itu, bisa jadi kamu sedang mengalami hoarding disorder. Apa itu?
Mengenal hoarding disorder
Hoarding disorder adalah sebuah bentuk perilaku menimbun barang-barang yang tidak penting.
Dilansir American Psychiatric Association, orang-orang dengan hoarding disorder memiliki kesulitan besar untuk menyingkirkan serta berpisah dengan barang yang sudah tak terpakai, karena menganggap barang tersebut perlu disimpan dan akan berguna di lain hari, atau memiliki nilai historis dan sentimental.
Mereka kesulitan untuk memisahkan barang yang memang benar-benar penting dan tidak, akhirnya memutuskan untuk menyimpannya saja. Ini membuat ruangan di rumah atau di kamar jadi penuh sesak dengan barang tersebut.
Penyebab perilaku hoarding disorder
1. Kebiasaan
Meskipun hoarding disorder termasuk gangguan mental, namun banyak orang tidak menyadarinya karena banyak orang kerap melakukannya dan menganggapnya sebagai hal yang biasa saja.
Apalagi jika orang tersebut sudah terbiasa hidup dalam lingkungan dengan situasi yang berantakan. Lama-lama mereka terbiasa dengan situasi tidak teratur tersebut.
2. Pengalaman masa kecil yang sulit
Inner child yang terluka atau pengalaman masa kecil yang sulit dan tidak berjalan mulus juga bisa menjadi penyebab, luka tersebut akan terbawa hingga tua.
Pemicu utamanya beragam, mungkin karena dulu terbiasa melihat tumpukan barang tidak terpakai di rumah, kerap dimarahi jika membuang barang, atau karena dulu mengalami keterbatasan finansial sehingga harus memakai barang sebaik mungkin meski sudah tidak layak juga menjadi pemicu hoarding disorder.
3. Memiliki ikatan emosional pada benda tersebut
Gak cuma dengan manusia, orang-orang dengan hoarding disorder juga memiliki ikatan emosional yang kuat dengan suatu barang atau benda.
Ada sebuah nilai historis dan sentimental, seperti mengingatkan pada seseorang atau kejadian tertentu pada barang tersebut, sehingga sayang untuk membuang barang tersebut, meski sudah tidak layak pakai atau tidak penting lagi.
Orang yang mengalami hoarding disorder sering merasa benda yang mereka simpan dan kumpulkan bisa sangat bermanfaat dan berharga suatu hari nanti.
Apa yang harus dilakukan jika mengalaminya?
Banyak orang tidak mengakui bahwa ia sebenarnya memiliki gangguan mental, meski bentuknya sederhana seperti hoarding disorder. Ada juga yang sadar namun enggan mencari bantuan dokter atau psikiater, bisa karena malu atau merasa bersalah.
Yang bisa kamu lakukan agar tidak mengalami hoarding disorder atau bertahap menguranginya, di antaranya:
- Belajar untuk memilih dan memilah barang mana yang masih bisa disimpan, dan mana yang harus benar-benar dibuang.
- Mencoba untuk sadar dan memahami alasan mengapa kamu harus menimbun barang yang sudah tidak berguna tersebut. Apa yang mendasari kamu tetap bersikeras untuk menyimpannya?
- Belajar untuk menolak hasrat dan dorongan untuk menimbun barang lebih banyak lagi. Jangan menambah barang baru lagi untuk ditimbun.
Kesimpulan:
Itulah beberapa fakta mengenai hoarding disorder. Jangan sampai hal ini mengganggu kehidupan dan berpengaruh pada kualitas hidupmu, ya!