Sering Berpindah Kerja, Untung atau Rugi?

 
Axis Daily

Baru setahun kerja, resign. Belum dapat THR penuh, udah pindah duluan demi mendapatkan gaji dan jenjang karier yang terlihat lebih baik. Siapa yang sering begini? Kamu pernah mengalaminya?

Bagi para baby boomers, sering berpindah-pindah kerja merupakan hal yang tabu dan jarang ditemui. Bagi mereka, itu membuat diri kita bukan pegawai yang baik bagi perusahaan karena harus sampai resign dari pekerjaan.

Memang, fenomena berpindah-pindah kerja atau job hopping ini memang lebih sering ditemui oleh para karyawan generasi millennial dan Gen Z.

Survei dari Deloitte pada 10.000 milenial menyebutkan bahwa 43% generasi milenial berencana meninggalkan pekerjaan mereka dalam kurun waktu maksimal 2 tahun, sedangkan hanya 28% dari milenial memiliki kecenderungan loyal di perusahaan dalam jangka waktu yang lama.

Bisa dibilang, generasi sebelum itu lebih loyal dalam pekerjaan mereka.

Apa itu job hopping?

Job hopping atau berpindah-pindah kerja adalah kondisi dimana seorang karyawan menghabiskan kurang dari dua tahun dalam suatu posisi atau perusahaan kemudian berpindah ke perusahaan lainnya.

Data dari Robert Half, sebuah perusahaan konsultan sumber daya manusia menyebutkan ada 64% pegawai sering melakukan job hopping. Ini naik 22% dari survei serupa empat tahun lalu.

Terkait :

Tidak mengherankan, para pekerja terutama milenial merasa senang dengan seringnya berganti pekerjaan, dengan 75% karyawan di bawah 34 tahun menyatakan bahwa berpindah pekerjaan dapat menguntungkan karier mereka.

Mengapa karyawan melakukan job hopping?

Ada banyak faktor yang menyebabkan karyawan melakukan job hopping. Di antaranya:

- Peluang mendapat kenaikan gaji

- Peluang mendapatkan jabatan yang lebih tinggi

- Mencari lingkungan kerja yang lebih baik dari sebelumnya

- Mencari networking untuk memperluas pengalaman dan relasi di dunia profesional

Sisi negatif dari job hopping

Namun di sisi lain, ada orang yang kontra dengan berpindah-pindah pekerjaan. Ada beberapa sisi negatif dari job hopping, seperti:

- Kehilangan benefit dari perusahaan karena bekerja kurang dari setahun

- Perusahaan mungkin meragukan loyalitasmu dalam bekerja karena sering berpindah-pindah

- Kepuasan kerja berkurang karena seorang job hopper tidak pernah merasakan bekerja lama dalam suatu perusahaan.

Itulah fakta mengenai job hopping, fenomena sering berpindah-pindah kerja. Saat ini, banyak orang terutama perusahaan dan recruiter mulai menyadari bahwa job hopping tak selamanya buruk.

Kesimpulan :

Masing-masing ada kelemahan dan kelebihannya. Jadi, pilihan untuk sering pindah kerja atau tetap loyal dengan perusahaan dalam waktu lama kembali pada diri sendiri. Gimana, mau pindah atau nggak, nih?


LihatTutupKomentar